Rabu, 02 Maret 2011

Kaliurang 2009

Inspirasi bisa datang kapan saja dan dimana saja. Termasuk inspirasi untuk menulis puisi.

Aku lupa tanggal berapa waktu itu, yang pasti aku ingat kejadian itu terjadi di pertengahan Febuari tahun 2009 di Gardu Pandang Kaliurang. Aku datang bersama seorang teman. Kebetulan dia dari luar kota. Sebagai tuan rumah yang baik, aku tunjukkan salah satu tempat yang bisa dikunjungi untuk foto-foto. Temanku itu sangat doyan foto-foto :D

Kami menjelajahi berbagai spot “menarik” untuk background foto-foto (belum aku sebutkan ya kalau dia cowok? Hehehe). Hampir semua tempat di taman kami jadikan korban keganasan kamera. Kami sedang melihat hasil jepretan masing-masing ketika sepasang manusia lewat tak jauh dari kami. Entah apa yang terjadi, kami terbius melihat mereka..pemandangan penuh cinta.  Bagaimana tidak? Si laki-laki berbadan sehat tegap rupawan khas Jawa, sedangkan si perempuan duduk di kursi roda dengan rambut panjang tergerai sederhana. Untuk sesaat kami memandang dengan penuh takjub, si laki-laki ini sangat perhatian kepada si perempuan, seperti mengambilkan bunga, bercanda, tertawa dan sesekali mengelus kepala si perempuan dengan sayang..betul-betul pemandangan yang indah waktu itu.

Aku dan temanku itu kemudian janjian membuat semacam puisi, mengibaratkan kami adalah si laki-laki dan si perempuan yang dimabuk asmara (ceile)

Ini puisinya,,

(laki-laki)
“Karena dimana hartamu berada, disitu juga hatimu berada” Matius 6 :21


Kekasihku hanyalah kecil dihadapan insani
Tetapi dihadapanku, dialah harta yang paling kuhargai..
Kekasihku mungkin seorang tak sempurna, yang hanya berdiam diri di kursi roda.
Tapi pandangan tulusnya, jelas bahwa dia mencintaiku dan aku juga sangat mencintai dia..
Hartaku yang paling berharga adalah dia
Ya, dia yang mengangkat hatiku dan menyegarkan jiwaku
Dia istimewa dan teristimewa..
Dia sukacitaku.
Mencintai dan dicintai, seperti merasakan matahari dari dua sisi.
Aku mulai belajar bahwa hal kehidupan yang sederhana dan manislah yang sebenarnya merupakan hal yang paling nyata.
Kasihku dengan dia nyata.
Aku dan dia mengenakan kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan
Iya, kasih..
Kasih yang tulus dari dia
Dan aku akan membahagiakan dia secara ramah


(perempuan)

Aku perempuan
Hadir tak sempurna di dunia ini
Tak berkaki dan berjalan bersama sepasang roda
Bagi kalian, aku mungkin manusia kelas dua
Yang perlu kau kasihani karena sepantasnya dikasihani
Tapi tidak dengan dia
Dia memperlakukanku utuh
Sama sempurnanya seperti  seorang perempuan
Aku tak tahu apa yang dilhatnya dariku
Aku tidak menawarkan keindahan
Ataupun teman berlari yang sepadan buatnya
Aku hanyalah aku
Yang kupunya adalah yang melekat pada diriku
Tak bisa kutawarkan yang lebih baik daripada ini
Kutawarkan ketulusan hatiku padanya
Untuknya, yang tak tercela karena pamrih
Sebagai jawaban atas cintanya yang membahagiakan
Aku mencintainya seakan itu hal terakhir yang bisa kulakukan
Dan dia memberiku lebih dari itu
Dia mengenakan kasih untukku dan dia sebagai pengikat.
Setelah itu rasanya aku bisa berlari lebih cepat dari siapapun!


Puisi tersebut kami buat sendiri-sendiri, terpisah di kota kami masing-masing. See, ada sedikit nyambungnya ya? hehehe..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar